Selasa, 05 April 2011

BAB KETIGA NOVEL ENIGMA

Sesudah Pembakaran

Rumah demi rumah, sepasang Sussex Inlet Road

di selamatkan oleh pasukan,

oleh sebab keahlian, keberanian, keterampilan

tapi pada saat api mencapai pinggiran kota kecil itu,

berkelarian liar besar, terlalu banyak hidangannya,

dan pilihannya – ada yang dihancurkan,

dan pipa rumah berbelit-belit,

seperti gula gula terbakar.

(Ian Campbell)

1

Asap-asap berhamburan di sekeliling.

Pukul 06.20

“Hidup terus saja menderu , mengikuti aliran zaman yang tak tahu dimana ujungnya, hari ini aku mau istirahat tanpa gangguan dari seluruh kepenatan pekerjaan di kantor!” Namun ….

“Ayah…!!! Ayah…!!! Aku menemukan sesuatu!” Khudhan yang mendengar teriakan anaknya langsung keluar kamar dan mencari sumber suara itu. Ia tahu kalau Adetra tidak akan begitu histeris jika ….

“Ayah, coba lihat benda itu! Apa itu ayah? Aku tak pernah melihat sebelumnya. Benda itu kulihat ketika aku selesai merapikan meja makan !” Adetra menunjuk ke sebuah benda yang sangat aneh yang letaknya hanya 100 meter dari ruang dapur tempat mereka tinggal. Benda itu berbentuk oval dengan warna silver, ia seperti igmobilef yang mempunyai bentuk setengah lingkaran, namun benda itu lebih mirip seperti cakram.

“Adetra, ayah mau keluar memeriksa benda itu!” Tegas Khudhan sambil mengenakan jaket hitam dan celana abu-abu yang dibuat dari bahan alumunium.

“Baik ayah, tapi sebentar lagi aku mau latihan teater buat kolaborasi persahabatan di Yupiter minggu depan. Dan igmobilef ayah aku pinjam ya…?” Pinta Adetra, tapi Khudhan tidak lagi mendengar ucapan anaknya, seluruh indranya kini tertuju ke benda aneh tersebut. Dan dulu, sebelum Khudhan dikirim ke Enigma, ia adalah seorang seniman dibidang teater. Bakatnya itu, ternyata diwarisi oleh putranya. Meski generasi terus berganti, aura seni yang penuh abstraksi selalu mengalir mengikuti zaman. Seni akan tetap tumbuh pada jiwa yang mengerti betapa berharganya arti sebuah kehidupan. Seni tidak akan pernah mati. Ia selalu abadi dalam fitrahnya.

“Hati-hati ayah!” Pesan Adetra ketika Khudhan membuka pintu belakang dan iapun hanya membalas dengan acungan jempol.

Dengan perasaan was-was Khudhan mendekati benda aneh itu namun, sebelum ia sampai di tempat tujuan, ia dikejutkan oleh dua lelaki yang keluar dari samping kanan benda tersebut. Keduanya memakai seragam ketat berwarna perak, baik baju, celana maupun sepatu. Yang satu berbadan gemuk dan satunya lagi agak kurus. Namun tinggi keduanya tetap setara. Tinggi mereka kira-kira 1,6 meter. Tapi Khudhan tidak pernah bertemu dengan orang-orang seperti ini sebelumnya, mungkin mereka berasal dari planet lain.

“Siapa kalian?” Khudhan mencoba memecahkan keheningan.

Lalu yang berbadan gemuk menjawab, ”Maaf, jika kedatangan kami mengejutkan anda. Tapi kami di sini tidak bermaksud jahat, kami hanya tersesat!”

Kemudian yang kurus menambahkan, “Kami berasal dari Mars, tadi malam kami mengalami kejadian yang luar biasa. Yang jelas kami dikejar oleh OWH, kami mencoba menyelamatkan diri hingga aku lupa dan tidak peduli lagi penunjuk arah untuk pulang ke Mars. Oh ya, perkenalkan namaku Ree Colosalevadhan dan ini sahabatku Goro!”

“Aku Khudhan Sunuglips!” Dan kedua makhluk asing itu bersalaman dengan Khudhan. Sekarang perasaan Khudhan menjadi tidak keruan, antara bingung, tidak percaya dan kagum. “Aku yakin kalian pasti lelah, bagaimana kalau kita sekarang ke rumahku? Letaknya tidak jauh dari sini!” Ree dan Goro hanya menganggukkan kepala.

“Tapi tunggu sebentar!” Sela Ree, sambil beranjak menuju ke dalam ruang benda aneh itu, rupanya ia mengambil sebuah koper yang isinya pasti sesuatu yang sangat berharga. “Sekarang aku sudah siap, yang mana rumahmu?” Ree bertanya karena rumah-rumah di sana semuanya sama baik warna dan bentuknya.

“Itu dia!” Khudhan menunjuk lurus ke depan, tepat di hadapan dimana ia berdiri.

Lalu mereka berjalan bersama menuju rumah yang dimaksud. Di dalam perjalanan, mereka bertiga hanya diam seribu bahasa. Entah apa yang ada di dalam benak mereka masing-masing.

***

Sekarang sudah pukul 11.15, matahari bersinar dengan sisa kemampuan yang dimilikinya. Ia masuk menerangi rumah Khudhan melalui ventilasi udara yang letaknya tidak jauh dari ruang tengah, ruang yang diisi dengan sebaris sofa berwarna ungu. Tempat ketiganya berbincang. Kali ini situasi semakin rumit, pembicaraan sengitpun terjadi.

“Dengan kata lain, kalian juga berasal dari Bumi?” Khudan betul-betul tak percaya bahwa penerapan Teori Relativitas Einstein benar-benar ada dan salah satu buktinya adalah keberadaan dua makhluk asing ini.

“Dulu nenek moyang kami berasal dari Benua Atlantis, namun sekitar 9000 SM bencana banjir yang teramat dahsyat menengggelamkan benua itu, untungnya sebelum bencana itu terjadi, mereka mendapat sinyal dari getaran radiasi gelombang magnet. Mendapat kabar tersebut mereka langsung menyiapkan pesawat raksasa yang kapasitasnya menampung 2000 orang, lalu pesawat tersebut mendarat di luar angkasa. Tepatnya di Planet Mars”.

“Lalu apa yang menyebabkan kalian sampai berada di Enigma ini?”

“Kami juga tidak tahu!” Ree menjawab, “Namun…, ah…, aku juga bingung. Tadi malam, kami melewati suatu tempat, yang mana mengakibatkan mesin pesawat tidak berfungsi, bahkan lampupun padam, keadaaan begitu pekat. Tak ada yang terlihat kecuali kegelapan. Kami berdua terhimpit oleh kegalauan. Tapi beberapa saat kemudian kami melihat sebuah titik terang, lama-kelamaan kami sadari bahwa itu bukan sejenis titik terang biasa, ia seperti lubang. Ya…, lubang yang sangat benderang. Lalu pesawat kami tersedot ke dalam lubang itu. Dan tiba-tiba saja ketika kami sadar, kami sudah berada di sini.”

Khudhan diam sejenak, kemudian ia membuka beberapa file dari zuharfv komputer diva digital, yang sejak tadi berada di atas meja, “Aku pernah mendengar tentang hal itu, orang-orang menyebutnya lubang hitam. Lubang itu merupakan tempat perpindahan yang berhubungan erat dengan ruang waktu. Namun, banyak ahli di Bumi sekitar tahun 1960-an yang mengklaim hal itu dengan anggapan telah menyalahi konsep sains. Bahkan aku sendiri sependapat dengan mereka, aku tidak percaya terhadap hal-hal yang berbau paradoks. Tapi, setelah aku bertemu kalian, aku baru menyadari bahwa Teori Kemungkinan milik Einstein betul-betul dapat dicamkan!, lalu apa penyebab OWH mengejar…,” Ree langsung memotong ucapan Khudhan.

“Begini, apa kau tahu tentang Kepulauan Bermuda, San Juan dan Miami?”

Dengan lugas Khudan menjawabnya, “Segitiga Maut, Segitiga Bermuda!”

“Tepat sekali!, lalu apa yang kau ketahui tentang hal itu?”

“Entahlah, namun yang pasti ada suatu misteri yang terkubur disana. Banyak pesawat yang melewati kawasan itu menjadi korban. Mereka semua raib tanpa jejak!”

Goro yang dari tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan keduanya, mulai berturut serta, “Apa kau tahu penyebabnya?”

“Tidak,” jawab Khudhan singkat.

“Baiklah, akan kuceritakan yang sebenarnya. Tapi kau harus janji tidak akan memberi tahu siapapun, karena ini sangat rahasia. Bagaimana?” Khudhan hanya menganggukkan kepala.

“Sebenarnya yang membuat kawasan Segitiga Bermuda itu adalah kami!”

“Apa!” Khudhan tak percaya.

“Ya, itulah kebenarannya. Di Mars, kadar gravitasi begitu sedikit dibanding Bumi, dan kami membutuhkan medan magnet yang luar biasa untuk menetralkan kondisi di sana, satu-satunya cara adalah mengeruk logam-logam yang bersemayam di Segitiga Bermuda. Lalu, kami mentransfernya melalui radiasi matahari. Akibatnya, setiap kapal dan pesawat yang melewatinya akan musnah dan hanya menyisakan puing-puing tak berjejak.”

Khudhan begitu nanar mendengar penjelasan Goro, “Aku tak menduga bahwa kalian tega melakukan hal itu demi kesejahteraan di Planet Mars. Dimana rasa tanggungjawab kalian, padahal korban yang diakibatkan dari perbuatan itu adalah saudara kita juga. Dan kenapa… Kenapa harus Bumi?”

“Kami tahu, kami salah tapi…, hanya itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan kami!”

“Kalian betul-betul keterlaluan!”

“Keterlaluan katamu, Khudhan kau tahu apa yang mereka lakukan terhadap kami. Apalagi Si JAHANAM OWH, karena merekalah situasi di Mars menjadi kacau dan karena merekalah penduduk di Mars mati!”

“Apa hubungannya dengan OWH ?” Kali ini Khudhan benar-benar tak mengerti maksud Goro.

Lalu Ree mencoba menjelaskannya. “Khudhan, pernahkah kau berpikir tentang efek yang diakibatkan oleh suatu kata yang berkaliber besar seperti Perang Dunia Pertama. Pernahkah terbayangkan olehmu efek radioaktif yang digunakan negara-negara maju untuk menaklukan saingannya? Dan apakah kau tahu kemana efek-efek tersebut berakhir?” Khudhan hanya diam.

“Tahukah kau bahwa semua itu telah menghancurkan kami. Karena radiasinya tertuju ke planet kami! Sekarang, yang tersisa di Mars hanya sisa-sisa peradaban. Hanya kami berdua saja yang selamat dari amukan radiasi itu!” Tak sepatah katapun yang sangup keluar dari mulut Khudhan.

“Sekitar abad ke-16 OWH mengetahui keberadaan kami. Dan ia sangat menginginkan kami. Ia ingin menguasai kami. Menguasai Mars!”.

Tiba-tiba saja penjelasan Ree terpotong, karena bunyi sirine yang begitu menggema, namun Khudhan tahu bunyi itu berasal dari Te Zeusubim, Teknologi Pengaman tlepannimusz ruangan. Sedang di luar, orang-orang ribut karena terkejut oleh sirine tersebut. Dan hal ini baru kali pertama terjadi setelah Teknologi Pengaman tersebut dibuat. Kemudian Khudhan membuka beberapa file Te Zeusubim dan ternyata…, ”Fred…, Ree…, coba kalian lihat ini!” Khudhan memperlihatkan tulisan dari zuharfv komputer diva digital miliknya.

“BRENGSEK! Ternyata OWH mengetahui keberadaan kita!” Goro begitu menggeram, tampaknya ia sangat membenci, dendam, ia betul-betul marah kepada OWH. “Ketahuilah Khudhan, bahwasanya OWH itu sangat jahat, ia haus akan kekuasaan, ia adalah satu-satunya alat untuk menguasai dunia, tapi kami berhasil mencuri aset berharga milik mereka, di dalam koper ini terdapat gabungan unsur gas metana dan zat nuklir yang keduanya telah dicairkan. Apabila diledakkan maka akan menghancurkan sebagian alam semesta ini!”

Khudhan begitu terkejut mendengar kisah Ree yang begitu menggelora. Ia tak pernah menyangka bahwa koper yang dibawa oleh mereka itu adalah zat penghancur yang siap memusnahkan bagian jagat raya. Dan ditengah ketegangan itu, terdengar suara yang memecahkan kebisingan orang-orang di luar. Suara itu berasal dari Pemancar Te Zeusubim.

“Daerah ini telah kami sabotase, kedatangan kami ke planet ini tak lain mencari musuh kami yang bersembunyi di tempat ini. Dan dalam hitungan lima menit, apabila kalian tidak menyerahkan mereka, maka tempat ini akan kami hancurkan!” Sesaat keheningan menjelma.

“Ree…, sepertinya tak ada pilihan lain bagi kita! Khudhan bisakah kau mengantarkan kami ke tempat asal suara itu?”

“Jadi, kalian mau menyerahkan diri?” Khudhan agak heran mendengar keputusan itu.

“Baik Goro, aku setuju dengan pilihanmu itu,” jawab Ree.

“Apa kalian gila?, kalian akan dibunuh oleh OWH !” Khudhan mengingatkan.

“Khudhan, tenang saja kau. Aku dan Ree pasti bisa mengatasinya, kendati…, Khudhan cepat kau antarkan kami, sebelum waktu habis. Karena mereka tidak pernah main-main dengan kata-kata yang diucapkannya!”

“Baiklah, apa boleh buat!” Khudhan mengalah.

Ketika Khudhan membuka pintu, didapatinya Adetra yang kebingungan dengan atensi yang baru saja didengarnya. “Adetra, mana kunci igmobilef ayah?”

“Ayah, ada apa ini, apa yang sebenarnya terjadi?” Adetra bertanya sambil memberikan kunci ighmobilef yang diparkirnya di pinggir jalan, sisi kanan rumah mereka.

“Tak ada waktu untuk menjelaskannya Nak! Yakinlah, semuanya akan baik-baik saja. Ree…, Fred…, ayo!” Kemudian ketiganya memasuki igmobilef , sedang orang-orang di luar nampak kebingungan apalagi ketika melihat Ree dan Goro. Di jalan, Khudhan mengendarai igmobilef dengan kecepatan tinggi.

“Itu tempatnya!” Khudhan menunjuk Te Zeusubim dengan telunjuk kirinya. Sesampainya, mereka langsung berhambur ke pintu utama, tapi sebelum membukanya seorang laki-laki berkacamata hitam sudah menghadang mereka dengan mengacungkan senjata kepada ketiganya, ia berteriak “Mereka datang, mereka menyerah!” Lalu dia mengantarkan kami ke ruang utama.

“Hebat, kalian berdua benar-benar hebat, kalian bisa lolos dari kejaran kami semalam, tapi kalian lupa bahwa jejak kalian masih terekam di komputer kami.”

“Khudhan, dialah pemilik OWH, yang selama ini meresahkan kami!” Ree menunjuk laki-laki yang mengenakan jubah biru, yang berdiri persis di depan Khudhan.

“Aku tidak mau berbasa-basi, cepat kau serahkan koper itu!”

“Menyerahkan ini, jangan bermimpi kau BAJINGAN, lebih baik kuledakkan saja isinya daripada jatuh ke tangan orang sepertimu!” Goro sangat kesal atas pernyataan laki-laki itu.

“Apa kau berani melakukannya?” Laki-laki itu menantang.

“Kau kira aku takut!” Goro mengeluarkan pistol yang bersembunyi di saku celananya dan mengacungkannya ke arah koper yang ditenteng dengan tangan kirinya. “Lihat ini!”

“Goro jangan ceroboh kamu!, sadarlah apa yang kau lakukan!” Khudhan mencoba mengurungkan niatnya.

Sedang Ree yang berdiri di sisi kanan Goro hanya diam, seakan-akan ia setuju dengan apa yang akan diperbuat oleh rekannya itu. “Kalian, orang-orang OWH telah banyak melakukan kesalahan, kalian manfaatkan keadaan untuk misi kalian yang sangat terkutuk. Kalian telah menghancurkan kami, dan aku tidak akan memaafkan diriku apabila kali ini kalian lolos begitu saja!” Lalu Goro meledakkan isi koper itu dengan pistol yang bertengger di tangan kanannya. Maka…, DHUAAARRR !

Ledakan dahsyat terjadi. Dimana-mana lahar kripton bertebaran dan tak seorangpun yang mampu meloloskan diri dari keganasannya. Di atas, atmosferpun runtuh akibat amukan nuklir yang mengenainya. Tidak itu saja, di angkasa raya dentuman hebatnya itu mengakibatkan rotasi para planet terhenti beberapa waktu. Komet, satelit, asteroid dan meteoroid yang berada didekatnyapun hancur berkeping-keping. Enigma musnah !!!

***


Tidak ada komentar:

TERIMA KASIH ANDA TELAH MENGAPRESIASI CERPEN SAYA SEMOGA JUMPA LAGI